![]() |
Gambar: ilustrasi anak dan gadget (SDIT) |
KabarAcehNET, Fenomena - Indonesia digegerkan dengan banyaknya konten yang membuat para penontonnya geleng-geleng kepala. Konten yang sedang viral saat ini yakni aksi anak-anak menghadang truk yang sedang melaju di jalan raya.
“Tantangan Malaikat Maut” Merupakan istilah dari aksi nekat yang mereka lakukan.
Dalam konten yang sudah beredar di berbagai media sosial, terdapat beberapa anak-anak yang sudah memiliki tugasnya masing-masing yaitu tugas merekam kejadian, dan tugas eksekusi.
Anak yang mendapat tugas eksekusi inilah yang berkemungkinan besar akan meregang nyawa, karena ia memiliki tugas untuk menghadang truk yang sedang melaju.
Sungguh disayangkan bahwa aksi nekat yang mereka lakukan itu hanya sebatas ingin terkenal saja atau menjadi viral di media sosial. Kembali kepada anak yang mendapat tugas eksekusi. Bila anak yang mendapat tugas ini tertabrak, sopir truk tersebut akan dijadikan tersangka karena telah melukai seseorang.
Bagaimana bila anak tersebut meninggal dunia? tentu akan memperberat sanksi yang diberikan kepada sopir truk tersebut, belum lagi tuntutan-tuntutan yang diminta oleh keluarga korban.
Media sosial dipilih karena mudahnya menyebarkan konten-konten apapun.
Singkatnya, bila pengguna media sosial ingin menyebarkan suatu konten pada jam tertentu, maka di jam tersebut pula konten tersebut tersebar di halaman sosial medianya.
Disinilah titik yang sungguh disayangkan. Tidak adanya bentuk penyaringan atau fitur lapor dalam suatu media membuat dengan mudahnya para pengguna dalam menyebarkan konten-konten yang tidak seharusnya di sebarluaskan.
Alangkah baiknya pihak yang terkait dalam suatu media sosial, lebih memperhatikan para penggunanya.
Pemberian sanksi terhadap suatu konten yang melanggar, setidaknya dapat mengurangi pembuatan konten yang tentunya dapat merugikan dirinya ataupun orang lain.
Mungkin bila ada Redaktur di media sosial seperti di media-media massa, konten-konten yang tidak mendidik seperti yang dibicarakan diatas, tidak akan muncul lagi. Tentunya redaktur akan menyaring apakah konten tersebut layak untuk disebarluaskan atau tidak.
Orang tua, memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan anak-anaknya. Akan tetapi, anak yang baik ketika orang tuanya berada di dekatnya, belum tentu akan baik juga bila tidak ada orang tua di dekatnya.
di mata orangtua, belum tentu baik juga di masyarakat. Orang tua tentu sudah mendidik anaknya semaksimal mungkin. Tinggal bagaimana anak tersebut memilih. Apakah mengikuti perintah orang tua yang baik?
Atau justru mengikuti temannya yang mengajarkan hal-hal tidak baik? Faktor lingkungan memang sangat berkontribusi besar dalam perkembangan anak. Hal yang perlu dipahami lainnya yaitu pemberian handphone kepada anak-anak.
Anak yang belum beranjak remaja, seharusnya belum bisa diberikan handphone. Karena mereka masih belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Lebih baik orang tua meminjamkan handphone miliknya kepada anaknya, dibandingkan ia membelikan anaknya handphone.
Dengan meminjamkan handphonenya kepada anak, orang tua dapat dengan mudah mengontrol anaknya yang bermain handphone, sekaligus untuk menjalin hubungan antara orang tua dengan anaknya.
Memang sangat sulit melakukan hal demikian, karena sebagian orang tua tentu tidak tega melihat anaknya yang bahkan sampai menangis bila ia tidak dibelikan handphone. Jika kasus ini terjadi, tinggal bagaimana orang tua dalam menyikapinya. Apakah akan menuruti keinginan anaknya, atau lebih baik meminjamkan handphone miliknya. karena kedua pilihan tersebut tentu memiliki konsekuensi yang berbeda-beda.
Singkatnya, bila orang tua menuruti keinginan anaknya dengan membelikannya handphone miliknya sendiri, Tentu ia akan kesulitan dalam mengontrol anaknya, dan kasus yang sudah dibicarakan diatas bisa jadi akan ia lakukan bersama teman-temannya tanpa sepengetahuan orang tua.
Sebagai penutup, orang tua tidak bisa menyamakan antara kehidupannya dulu ketika masih anak-anak dengan kehidupan anaknya yang sekarang.
Kita ambil contoh dimasa orang tuanya dulu, tentu tidak ada anak-anak yang terlihat bermain handphone. Sedangkan dimasa anaknya yang sekarang, banyak sekali anak-anak yang sudah bermain atau bahkan memiliki handphone sendiri.
Ini membuktikan bahwa masa dimana orang tuanya masi anak-anak dengan masa anaknya itu berbeda. Lantas bagaimana solusinya? Seperti yang sudah dikatakan diatas, tinggal bagaimana orang tua tersebut menyikapi anaknya bila ia menginginkan handphone.
Apakah akan menuruti permintaan tersebut? atau lebih baik meminjamkan handphone miliknya kepada anaknya? Perlu diingat lagi bahwa kedua pilihan itu memiliki resiko nya masing-masing.
Oleh: M. Raihan Haikal (Kontributor)
Bagaimana Tanggapan anda mengenai artikel / berita ini ?